Perdana, SMPN 16 Luncurkan Antologi Karya Siswa
Untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa di bidang sastra, SMPN 16 Purworejo melaunching buku antologi karya siswa berjudul ‘Lewat Pena Merdeka Belajar Diabadikan’, Senin (28/10/2024).
Berlangsung di halaman sekolah setempat, launching ditandai dengan penyerahan buku antologi oleh Kepala SMPN 16 Purworejo Murniasih, S.Pd., M.M.Pd., kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo Wasit Diono, S.Sos.
Atas dilaunchingnya buku antologi karya siswa ini, Wasit Diono memberikan apresiasi yang luar biasa kepada keluarga besar SMPN 16 Purworejo, karena siswanya sudah bisa menulis sebuah buku antologi.
“Paling tidak dengan menulis buku ini anak-anak sudah dilatih atau dididik untuk mengasah literasinya. Dalam raport pendidikan, Purworejo untuk literasinya masih memprihatinkan. Saya ingin terus ditingkatkan, dari tingkat TK, SD, sampai SMP,” ujar Wasit pada kesempatan tersebut.
Kepala dinas juga berpesan, agar jangan berpuas diri sampai disini, khususnya untuk siswa SMPN 16 Purworejo, yang sudah bisa menulis sebuah buku. Kalau punya potensi dan bakat di bidang menulis, baik itu cerpen, novel atau yang lain, kembangkan bakat-bakat yang sudah dimiliki.
“Kedepan harapan kami, dari SMPN 16 Purworejo ini akan lahir para penulis-penulis hebat, yang berprestasi tak hanya di tingkat lokal, tapi hingga ke tingkat nasional dan internasional dengan mengikuti jejak-jejak penulis terkenal yang sudah ada,” kata Wasit.
Kepala SMPN 16 Purworejo Murniasih dalam sambutannya menyebutkan, bahwa buku antologi tersebut merupakan kumpulan cerita pendek peserta didik yang dihasilkan 32 penulis. 32 cerita pendek ini merupakan hasil kurasi terhadap ratusan karya siswa oleh guru Bahasa Indonesia.
Yang melatarbelakangi peluncuran buku antologi ini, menurut Murniasih, berawal dari membaca dan melihat raport pendidikan SMPN 16 Purworejo yang Alhamdulillah 2 tahun berturut-turut mendapatkan apresiasi dari Kemendikbud dan Ristek dengan predikat Sekolah Berkemajuan Terbaik dan mendapat reward berupa BOS Kinerja.
Dari bos kinerja tersebut digunakan untuk melaksanakan kegiatan yang mendukung proses pembelajaran. Sehingga ketika membaca raport pendidikan, ternyata dari semua indikator yang ada sudah mendapat kode warna hijau.
“Mekipun baik tapi tetap harus ada upaya untuk meningkatkan. Khusus SMPN 16 Purworejo yang harus ditingkatkan adalah pada indikator A 1, yakni literasi dengan domain membaca teks sastra. Sehingga (mungkin) anak-anak kami ini termasuk kurang di bidang sastra,” ungkap Murni.
Untuk menaikkan posisi Literasi di raport pendidikan tahun yang akan datang, terang Murni, sehingga dipilihlah kegiatan peningkatan literasi baca tulis dimana anak-anak menuliskan cerita tentang bagaimana mereka belajar menggunakan kurikulum merdeka.
“Prosesnya lama sejak 1 Agustus 2024 lalu. Untuk mewujudkannya kita menggandeng Forum Pena Guru Literasi Kabupaten Purworejo yang diinisiasi PGRI,” ujar Murni.
Ketua panitia kegiatan, Okta Adetya, S.Pd., menyebut, kegiatan launching buku antologi ini juga bertujuan untuk membangun pemahaman kolektif terhadap Kurikulum Merdeka, mewadahi bakat peserta didik di bidang penulisan dan sastra, menanamkan pendidikan karakter melalui sastra dan menumbuhkan semangat literasi di kalangan peserta didik.
Prosa cerpen, menurut Okta, dirasa mampu menjadi ruang karya yang tepat sekaligus sederhana bagi peserta didik pada Fase D. Pada jenis sastra ini, mereka tidak hanya mampu mentransfer pengalaman, namun juga menuangkan ide, gagasan, keluh kesah, bahkan bermain dalam dunia imajinasi.
“Imajinasi-imajinasi tersebut tentu bersumber dari pengalaman kontekstual. Cerpen juga dapat dijadikan media untuk mentransformasikan nilai-nilai, amanat, dan pesan tersirat,” jelas Okta.
Jika dilihat, terang Okta, karya-karya dalam buku ini banyak diilhami oleh pengalaman pribadi penulis. Dari sebaran sub tema yang ada, cerpen banyak didominasi oleh topik tutor sebaya dan pengalaman P5. Dominannya kedua topik ini tentu memberikan sinyalemen terbangunnya kesadaran bahwa teacher center dianggap sudah tidak relevan dalam pembelajaran di era sekarang. Anak dapat belajar dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja.
Selain kedua topik tersebut, ujar Okta, ada juga sisi lain dari Merdeka Belajar yang berhasil dipotret. Beberapa hal tersebut antara lain mencuatnya peran perpustakaan dan peningkatan literasi, penguatan semangat belajar berbasis permasalahan kontekstual sehari-hari, pembelajaran melalui kunjungan, pengaruh guru terhadap minat belajar, peran orang tua terhadap perkembangan belajar, penerapan materi pelajaran dalam kehidupan, pengembangan minat dan bakat, tumbuhnya kesadaran dalam mengenali potensi diri, pengalaman MPLS, fungsi tujuan hidup dalam membentuk fokus belajar, serta beberapa topik lain.
“Tak hanya menekankan pada literasi sastra, kegiatan ini juga mewadahi pemahaman peserta didik terkait dengan literasi digital, terutama aspek digital skill dan digital ethic,” kata Okta.
Digital skill berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam menggunakan gawai, terutama dalam memanfaatkan aplikasi-aplikasi penulisan seperti WPS Office, google document, maupun Microsoft365.
“Sementara, aspek digital ethic berkaitan dengan pemahaman peserta didik akan pentingnya menghargai hak cipta dan hak atas kekayaan intelektual, dalam hal ini fenomena plagiarisme dan penyalahgunaan AI,” pungkas Okta.
Dalam launching buku antologi ini juga dihadiri Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Forkompimcam Kecamatan Kutoarjo, pengawas SMP, Forum Pena Guru Literasi, kepala sekolah (SD, SMP, SMA) di lingkungan Kecamatan Kutoarjo, komite sekolah, rekanan sekolah, tenaga pendidik dan kependidikan, orang tua siswa, dan peserta didik.